Jas Merah SMP Negeri 1 Atadei

Yoakim Make Making, S.Pd
Jas Merah adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno. Semua kita pasti mengetahui makna singkat “Jas Merah” yang artinya Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Jas Merah menjadi istilah yang memotivasi kita generasi muda agar tidak meninggalkan sejarah. Tulisan kali ini, saya ingin mengangkat kembali sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Atadei.

SMP Negeri  1 Atadei merupakan cikal bakal dari SMP Budi Bhakti Atadei. Pada tahun 1973, Kecamatan Lomblen Barat Wulandoni ditutup dan dimekarkan menjadi dua kecamatan baru yakni Kecamatan Nagawutun dengan ibu kota Loang dan Kecamatan Atadei dengan ibu kotanya Waiteba. Pada tahun yang sama ini Camat Atadei Markus Soge BA, memindahkan dua  (2) sekolah SMEP di Atadei ke Waiteba, masing-masing SMEP Budi- Bahkti Watuwawer dan SMEP Ledoona Lebala. Penggabungan dari kedua sekolah ini diberi nama SMEP Budi- Bahkti Atadei dan pelaksanaan kegiatan sekolahnya menggunakan bekas gedung Koperasi Kopra (KOKOP) Cabang Waiteba yang sudah bengkerut. 

Dalam perjalanan melihat sekolah penunjang di Kecamatan Atadei cukup banyak, sementara di kecamatan hanya ada satu sekolah menengah pertama, maka pada tahun 1973 didirikan satu sekolah menengah pertama di Waiteba dengan nama SMP Budi- Bahkti Atadei.  SMP yang baru dibangun ini langsung menerima dua tingkat yakni Kelas I dan Kelas II yang menerima siswa- siswi pindahan dari SMP-SMP di Lembata diantaranya SMP APPIS Lamalera, SMP St. Pius X Lewoleba, SMP Lamaholot Boto, SMP AMPPERA Waipukang dan dari SMP Tanjung Kelapa Lerek. Sejak saat itu berkibarlah SMEP dan SMP Budi- Bahkti Atadei sebagai sekolah kembar di rahim ibu kota Kecamatan Atadei di Waiteba. Kedua sekolah ini dipimpin langsung oleh Camat Atadei, dan sebagai pelaksana harian ditunjuk dua guru pelaksana masing-masing Leo Gelak untuk SMEP dan Bernardus Bae Wator untuk SMP.

Perkembangan kedua sekolah ini berjalan dengan baik hingga diturunkannya peraturan dari Kepala Kantor Wilayah P dan K Provinsi NTT Tentang Kewenangan Mengajar Pada Sekolah Menengah paling kurang memiliki ijazah Guru Sekolah lanjutan Pertama ( PGSLP), maka untuk pengelola SMEP/ SMP Budi- Bahkti Atadei dikkepala sekolahi oleh Camat Atadei sedangkan pelaksana tugas kepala sekolah SMEP dipercayakan kepada Willem Wai Hara Nuban (guru PGSLP Ekonom)i, dan bernardus Bae Wator (guru PGLSP Ilmu Pasti)  pelaksana tugsa  SMP. Perkembangan masuknya siswa setiap tahun terus meningkat maka dipandang perlu menerima guru-guru baru yang berijaza PGSLP untuk kedua sekolah ini. Masuknya guru-guru baru itu diantaranya: Andreas Boli Making, Yosef Ado Odung, Mateus Seru Wawin, Salvinus Sikong Udak, Herman Loli Wutun ( Mantan DPR RI) Mikel Huar Noning, Monika Dike Wayong Lima. 

Melihat tingkat kesibukan Camat Atadei dengan beban tugas pemerintah yang semakin berat maka SMEP/ SMP Budi- Bahkti mengangkat Thomas Taru Kayun sebagai kepala sekolah yang baru menggantikan Camat Atadei, sedangkan Bernardus Bae Wator ditunjuk sebagai Wakil Kepala sekolah. 

Memasuki tahun 1975, rombongan belajar pada SMEP dan SMP Budi- Bahkti Atadei mencapai 9 Rombongan belajar sehingga dipandang perlu oleh Panitia Penyelenggara demi peningkatan mutu pendidikan maka kedua sekolah ini dipisahkan Administrasinya dengan mengangkat dua  kepala sekolah untuk kedua sekolah tersebut. Thomas Taru Kayun diangkat menjadi kepala SMEP, sedangkan Andreas Boli Making sebagai kepala SMPnya. Satu hal unik  yang dilakukan oleh kedua sekolah ini dalam membangun hubungan kerja sama maka, wakil Kepala Sekolah SMEP adalah Kepala Sekolah SMP dan sebaliknya Wakil Kepala Sekolah SMP adalah Kepala sekolah SMEP. Untuk memenuhi peraturan pemerintah saat itu maka pada laporan bulanan guru-guru diagi menjadi guru tetap pada SMEP dan SMP. Guru-guru pada SMEP di antaranya: Thomas Taru Kayun, Willem Wai Hara, Mikel dua Noning, pius Wathun, Mateus seru Wawin, Monika, Dike Lamawayong, dan Herman Loli Wutun. Daftar guru untuk SMP di antaranya: Andreas Boli Making, Yosef Ado Odung, Salvinus Sikong, Paulus Pati Wawin, Paulus Ilap Keraf. Semua guru pada kedua sekolah ini diangkat menjadi pegawai honorer kecamatan, dan diperbantukan sebagai guru. 

Pada tahun 1973 SMEP Budi-Bahkti menyelenggarakan Ujian Nasional Pertamanya dengan dititipkan pada SMEP St. Pius Lewoleba, sementara SMP Budi- Bahkti Atadei, menyelenggarakan Ujian Nasionalnya pada tahun 1974 dengan dititipkan pada SMP Phaladya waiwerang dan memperoleh hasil kelulusan 44, 6 %. Pada  tahun kedua 1975 SMP Budi- Bahkti memperoleh hasil kelulusan Ujian Nasional dengan prosentasi 66, 70%. Melihat prestasi kelulusan yang baik dari SMP Budi- Bahkti ini maka sejak tahun 1976-1980 melalui keputusan Kakanwil Departemen Pdan K Provinsi NTT ditetapkan SMP Budi- Bahkti menyelenggarakan ujian Nasionalnya sendiri. 

Pada tanggal 29 Februari, Camat Atadei, Muhammad Ama Kapitan, BA, meresmikan SMP Filial Budi-Bahkti Atadei di Kalikasa, dan ditetapkan Yosef Ado Odung dan Salvinus Sikong Udak menjadi guru di Kalikasa. Yosef Ado Odung diangkat Sebagai Kepala sekolah SMP Filial tersebut. Kegiatan sekolah ini selalu dilaporkan kepada sekolah induk , termasuk segala laporan keluar serta buku induk siswa hanya ada di sekolah induk SMP Budi-Bahkti di Waiteba.

Kehadiran SMP Filial di Kalikasa sangat diterima baik serta antusias masyarakat Kalikasa sangat tinggi dengan mendapat perhatian dari Pemerintah desa, pastor paroki, bahkan seluruh PNS asal Kalikasa.  Antusias masyarakat ini dibuktikan dengan penyerahan dua lokasi secara geratis untuk pembangunan lokasi sekolah. Bukan saja tanah yang telah disumbangkan namun secara sukarela membangun gedung sekolah darurat. Pendidikan pun mulain berjalan dengan baik hingga tahun 1979. Para penjasa yang pantas kita ucapakan terima kasih dan kita kenang karena telah merintis sekolah ini diantaranya: Yosef Ado Odung, Salvinus Sikong Udak, Yosef Angin Ujan, Adam Nanong, Agustinus Kelela Huar, Kornelis Kae Lejap, Cosmas Soni Ujan, Ado Uak. 

Memasuki tahun 1975, diluncurkan kurikulum yang baru untuk SMP menggantikan kurikulum 1968. Kakanwil Saat itu, Bapak Markus Pigawhy, MSC menyelenggarakan penataran kurikulum baru bagi semua kepala SMP Se –NTT. SMP Budih- Bahkti mendapat giliran penataran pada gelombang kedua. Pada tahun yang sama juga keluar kebijakan baru pemerintah yang isinya semua sekolah kejuruan seperti, Sekolah Teknik Pertama (STP), Sekolah Kepandaian Putri Pertama (SKKP), Sekolah Ekonomi Pertama (SMEP) harus dintegrasikan menjadi SMP. Sesuai dengan peraturan ini maka SMEP Budi-Bahkti Atadei diintegrasikan menjadi SMP Budi-Bahkti 02 Atadei. 

Pada akhir bulan September 1976 terjadi gerakan tanah yang mengakibatkan longsor besar di perbukitan Bauraja sekitar 2 Km dari Waiteba. Kondisi ini sangat mencemaskan masyarakat Waiteba. Dari peristiwa ini maka dua Ahli yakni Ir. Louis Monichen dan Ir. Sutrina datang ke Waiteba menyelidiki gejala alam ini. Dari hasil penelitian keduanya disimpulkan bahwa akan terjadi gerakan tanah besar-besaran yang berdampak tsunami dan dapat menenggelamkan Waiteba  ibu kota kecamatan Atadei ini. 

Dari kondisi Waiteba saat itu maka kedua SMP dipindahkan demi keberlangsungan pendidikannya. SMP Budi-Bahkti  01 Atadei dipindahkan pada bulan Januari 1977 ke Desa Nuba Heraka ( waiwejak) sedangkan SMP Budi- Bahkti 02 Atadei ( SMEP lama) dipindakan ke Karangora Desa Ile Kimok, sementara SMP Filial Kalikasa tetap menjadi bagian dari SMP Induk di Waiwejak. 

Disinilah awal sejarah Waiteba dimulai. Tepatnya pada tanggal 17 Juli 1979 terjadi gerakan tanah besar-besaran yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Ratusan penduduk Waiteba menjadi korban tsunami bahkan sebagian pantai teluk waiteba menjadi laut dalam. Pusat kecamatan Atadei akhirnya tenggelam bersama bencana ini. Penduduk Waiteba yang selamat juga sebagian warga desa sekitar seperti Bauraja, Atalojo, Waiwejak dan Watuwawer ikut mengungsi ke Kalikasa , Karangora dan Lewoleba. 

Arus pengungsian yang cukup tinggi berdampak pada keberlangsungan pendidikan pada kedua SMP yang ada di Wauwejak dan Karangora. Berdasarkan kondisi sat itu maka, melalui berbagai pertimbangan diputuskan SMP Induk Budi-Bahkti di pindahkan ke Kalikasa. Dan akhirnya pada bulan Oktober 1979, SMP Budi- Bahkti tiba di Kalikasa dan dikepalasekolahi oleh Andreas Boli Making. 

Perkembangan SMP Budi- Bahkti Atadei cukup pesat dengan jumlah rombongan  belajarnya sebanyak 6 rombel dan masih mempertahankan mutunya dengan prosentasi kelulusan di atas 90% bahkan mencapai 100%. Di sisi lain, tanggungjawab sekolah terhadap dewan guru dan tata usaha khususnya gaji menuai persoalan. Gaji guru hanya bergantung pada uang SPP dan juga hanya mampu membiayai guru selama 6 bulan. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat para guru. Mereka membuat sebuah langka strategis dengan membuka ladang dan  mempekerjakan siswa-siswi  demi keberlangsungan hidup di 6 bulan yang tersisa. 

Atas kesulitan finensial itu, maka SMP Budi-Bahkti berjuang agar sekolah ini dapat dinegerikan. Usaha-demi usahapun mulai di jalankan meski menuai berbagai persoalan seperti persyaratan administrasi maupun gedung sekolah yang harus permanen. Suatu persyaratan yang harus segera dibuat adalah sekolah ini harus berada dibawah naungan yayasan. SMP Budi-Bahkti dalam keterbatasan membentuk sebuah Yayasan yang diketuai oleh Bapak Andreas Boli Making dan sekertaris Yayasan Bapak Leo Bao Ujan. Untuk memperlancar urusan  dibentuk juga yayasan perwakilan di Kupang yang diatur oleh Bapak Paulus Dua Lajar, Bapak Paulus Atabau, dan Bapak Paternus Wutun. Atas usaha semua pihak akhirnya pihak yayasan Budi-Bahkti Atadei mendapat Akta Notaris dengan Nomor 52, dan diserahklan langsung kepada Kepala SMP Budi-Bahkti Bapak Andreas Boli Making. 

Pembangunan 6 ruang kelas dan gedung kantor  permanenpun mulai dijalankan. Pembangunan gedung dimulai dengan 3 ruang kelas yang tangani langsung oleh 3 wilayah Rk ( Sebutan untuk Dusun saat itu ) yang ada di kalikasa, sedangkan untuk ruang kantor dibangun oleh RK Waimuda. Tiga gedung yang lainnya dibangun melalui bantuan dari Kesrah Lembata Bapak Muhammad Ali Raya Belen menyumbang 50 sak semen, 100 Lembar seng dibantu oleh Camat atadei Bapak Lambertus Ribu Ruing, dan 50 lembar seng dari Pater Frans Pora Ujan, SVD ( Provinsial SVD Ruteng). 

“Tuhan Tidak Menutup Mata, semuanya akan indah pada waktunya” demikian semboyan yang mendasari setiap usaha dan perjuangan mereka. Dan memang benar, pada bulan Juli 1981 SMP Budi-Bahkti Atadei resmi dinegerikan dan berlaku surut pada tanggal 1 Maret 1981. Lebih uniknya lagi, SMP Budi-Bahkti  Atadei Menjadi SMP Negeri ke 2 di Lembata setelah SMP Negeri Nubatukan. Ini berarti pendidikan di Atadei sudah mengakar kuat dari dahulu hingga sekarang ini. SMP Atadei mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan yang ada di Kabupaten Lembata  tercinta ini. Orang Atadei patut berbangga akan sejarah ini. 

Setelah dinegerikan, nasib para guru mulai membaik dan diperhatikan oleh pemerintah. Andreas Boli Making (Kepala Sekolah), dan Willem Wai Hara diangkat menjadi guru negeri dan diperbantukan di SMP Negri I Atadei. Sementara Yosef Ado Odung diangkat menjadi PNS dan dimutasikan ke SMP Lembah Kelapa Kiwangona- Adonara, sementara Mateus Seru Wawin diangkat dan dimutasi ke SMP Subsidi Phaladia Waiwerang. Sejak saat itulah mulai bermunculan guru-guru baru di SMP Negeri Atadei. Sementara guru-guru yang belum memiliki ijazah PGSLP, semuanya mengikuti pendidikan lanjutan di PGSLP Negeri Kupang. Guru-guru itu diantaranya, Paulus Pana Hayon, Raymundus Ola Bas, Paulus Pati, Cosmas Soni, Maksimus Raing, Simon Dasi,  dan Yoakim Tange ( Mantan Camat Atadei…. ).

Pada tanggal 13 September 1982, SMP Negeri Atadei diresmikan dan sekaligus pelantikan kepala sekolah yang baru Bapak Muhammad Kasim Tip (Alm.) olehKakanwil Depdikbud Prov. NTT Drs. Soewono , dan dihadiri Bupati Flotim Bapak Markus Weking. Tanggal 14 September 1982, diadakan serah terima jabatan kepala sekolah dari Bapak Andreas Boli Making kepada Bapak Muhammad Kasim Tip. Dengan penegrian ini pemerintah mendatangkan guru-guru baru diantaranya, Paulus Lewo Herin, Bambang Sugen, Tasrif, Ahmad Tura Lebu, Gerardus Bala Wutun, Thresia Maran dan Elisabet Teluma. 

Duka kembali terjadi, tepatnya tanggal 25 Februari 1976, kepala sekolah Muhammad Kasim Tip meninggal dunia dalam kecelakaan tenggelamnya KM. Sahabat II dalam perjalaanan dinas. Memasuki tahun 1976 Bapak R.K Raya dilantik menjadi kepala sekolah SMP Negeri Atadei, muncul juga guru-guru yang baru  seperti Nadus Beang, Bone Tupen, Bernadete K. Seran, Maksi Laga Watun, Tomas Tupen, Yohanes Rayan.

Masuk tahun 1999 R.K Raya diganti oleh Bapak Drs. Kalat Ferdinandus, kemudian diganti lagi oleh Bapak Drs. Agustinus Tuang namun beliau dimutasikan ke Hadakewa maka diangkat kepala sekolah yang baru Bapak Drs. Paulus Igo  hingga purna baktinya pada tanggal 1 september 2016. Selanjutnya diangkat Raimundus Ola Basa Sebagai pelaksana tugas selama beberap bulan hingga beliau pension. Tongkat kepemimpinan diambil kembali oleh Bapak Raing Maksimus sebagai Pelaksana Tugas hingga diangkatnya Bapak Yosef Amasuba, S.Pd.Ind. sebagai kepala sekolah. Setelah tiga tahun beliau kembali diganti oleh Bapak Damianus Uhe, S.Pd selanjutnya diganti oleh Bapak Bernabas Lekan, S.Pd sampai sekarang. 

Masih banyak pihak yang berjasa sejak lahirnya SMP Budi-Bahkti hingga berganti menjadi SMP Negeri 1 Atadei. Semua yang mereka lalukan adalah mencerdaskan anak bangsa khususnya anak-anak Atadei di bumi Atadei yang tercinta. Patut kita catat dari perjalanan SMP ini sejak tahun 1974-2022 memaski usia 48 tahun. Satu usia yang telah menghasilkan ratusan anak bangsa yang berkarya dalam berbagai jabatan publik dan pejabat gereja (20 Imam dari berbagai serikat). Terima kasih buatmu semua yang telah berjasah membangun sekolah ini, membangun martabat anak bangsa, martabat anak-anak tanah Atadei. (Jimmy)

0 Response to "Jas Merah SMP Negeri 1 Atadei"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel