EMBUN DI ATAS API ( Pentas Teater dan Orkes Kolaborasi SMPN 1 Nubatukan dan SMP Don Bosco Lewoleba )
Hari itu, Senin, 01 Mei 2023 dalam remang cahaya lampu, Kru Tetater SMPN 1 Nubatukan dan Kru Orkes SMP Don Bosco Lewoleba berhasil menghipnotis peserta Malam Renungan Pendidikan di halaman Kantor Bupati Lembata dengan Teater Embun di Atas Api.
Kisah diawali dengan bumi yang dipenuhi manusia berkening kosong. Masuk 6 orang perempuan berpakaian hitam di tengah-tengah bumi lalu menyanyikan lagu ibu pertiwi. Suara merdu itu menggema memecah langit malam. Perlahan, merangkak masuk sosok Ibu Pertiwi yang dibelenggu dengan kain putih. Ia melepaskan tetes demi tetes air mata sedih atas perilaku anak manusia terhadap dirinya. Sesekali ia bangkit berdiri namun jatuh lagi atas degradasi moral yang melanda anak bangsa ini. Di akhir lagu, ibu pertiwi menghilang dari bumi. Semua menjadi gelap dan kosong.
Suara narator kembali menggema melukis kondisi pendidikan saat ini. Inilah wajah pendidikan kita, melangkah dalam remang.Tertatih, tapi harus terus berjalan mencari secercah cahaya di ujung doa. Inilah wajah anak negeri yang rindu rangkulan hangat Ina, yang mengharap tuntunan dan petuah penuh cinta dari Ama. Inilah langkah anak negeri yang lapar dan ingin melahap setiap aksara pada langit kasih Negeri Lepan Bata. Inilah kami anak negeri yang terus menatap tebal mendung di langit aksaramu. Lekaslah jatuh bersama hujan, inilah kami yang masih berkaca pada kata, yang penuh dengan resah, berkata pada kaca, yang belum juga basah. Guyurlah kami dengan kasih dan ilmu hingga terbuka langit membias cahaya. Lembata tanah kaya aksara. Lembata tanah leluhur kaya budaya. Kelak, anak negeri yang sedang merintih inilah yang akan menjagamu, kelak kaki-kaki kecil inilah yang menuntunmu, kelak tangan tangan kurus inilah yang akan mengangkatmu, Lembata tercinta. Ina, pijarkan cahaya ilmu pada kening kecil putra-putrimu. Ama, tuntunlah kaki kecil putra- putri Lembata yang tertatih memungut aksara dan menjadikan oase pada kegersangan harapan. Tuhan, inilah kami. kami memohon padaMu.
Masuk kembali enam sosok manusia yang mewakili anak bangsa saat ini sambil merengek memohon pengampunan dari ibu pertiwi, ibu pendidikan. Keenamnya masuk dan terkapar di tengah bumi. Bangkit sosok wanita yang rapuh lalu dengan suara lantang berteriak “ lihat, lihatlah, Ini terlalu gelap, tumpukan kening-kening kerdil tanpa cahaya dan kosong.” Ia berdiri dan menatap kosong kening-kening manusia. Sontak, berdiri seorang pria kurus membungkung sesaat lalu merintih menangis. “ Kita butuh Tuhan, Kita butuh cahaya, Kita butuh isi kening.”
Dua sosok wanita kembali masuk dan membawakan puisi “ Doa ” karya Chairil Anwar. Puisi berhasi membuat semua yang hadir perlahan meneteskan air mata. Kita harus kembali kepada Tuhan sebagai pemberi kening. Setelah puisi didaraskan, diikuti dengan musikalisasi dari puisi yang sama. Suara merdu anak-anak diiringi nada-nada indah musik klasik menambah suasana hening dan menegangkan.
Di tengah penyesalan dan kerinduan akan pengampunan, hadir kembali Ibu Pertiwi yang menggenggam sebuah cahaya kehidupan baru. Ia berdiri di tengah-tengah keresahan bumi lalu dengan suara lantang ia berseru “ Ama……….Ina…pulanglah, Pulanglah ke jalan ini, di sini ada cahaya. Ama berlayarlah kembali, ambillah tempulingmu, burulah mimpi-mimpimu.
Mendengar suara kerinduan bagai embun di atas api ini, masuk Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata membakar obor dari nyala api kehidupan di tangan Ibu Pertiwi lalu berdiri di tengah-tengah bumi pentas. Irama dan nada dari Orkes SMP Don Bosco menggema dengan lantunan syair Hymne Guru. Tangan anak-anak negeri begitu mahir memainkan nada-nada rindu akan peran guru di tengah kehidupan ini. Setelah itu, Obor utama sebagai simbol kehidupan baru dinyalahkan oleh Bapak Anselmus Asan Ola, Kadis Pendidikan Kabupaten Lembata.
Di tengah nyala obor utama, sajak-sajak dari Kru Teater SMP Negeri 1 Nubatukan kembali di lantunkan oleh anak negeri Lembata.
Mukimkan wahyu
Di kening-kening kami
Buah hati Lembata
Biar tidak lekas lebur tubuh kami
Pada bayangan angin
Hembusan modern penggigit budaya
Wariskan kami keluhuran
Dengan kitab-kitab berhelai asa
Pengeja tulisan zaman
Di negeri ini
Orang-orang terlalu sibuk duduk
Berdiskusi tanpa topik
Lalu lupa mengubah diri
Lekaslah…
Kita jemput aksara-aksara itu
Dengan parade panjang
Biar nanti terdengar gemuruh baru
Dari langit kening kita
Kalau kau mau
Negeri kita beraksara
berakarlah dengan ilmu
Keningmu akan berumbi
Negeri berbuah
Layaknya pohon kehidupan
Di Taman Getsemani baru
Lembata negeri berilmu
Cahaya budaya
Yang damai berbalas pantun dalam dolo
Melukis keindahan jiwa
Pesona wajah bumi Lembata
Yang kita cintai ini.
Setelah sajak-sajak ini mengalir di langit malam. Semua peserta yang hadir menyalakan lilin di tangan dan bergandengan tangan sebagai simbol kembali menjadi manusia baru untuk pendidikan di tanah Lembata tercinta ini. Orkes SMP Don Bosco kembali menggema dengan lantunan syair Tanah Lembata Helero. Semua peserta kembali menyanyikan lagu ini dengan terang cahaya lilin. (Jimmy Making Pcf)
0 Response to "EMBUN DI ATAS API ( Pentas Teater dan Orkes Kolaborasi SMPN 1 Nubatukan dan SMP Don Bosco Lewoleba )"
Post a Comment